Senin, 25 Agustus 2014

Analisis Peta Geologi


TUGAS GEOLOGI PERMUKIMAN
NAMA                              : FANI APRILIANI
NIM                                   : 2013-22-050
DOSEN PENGAMPU    : Ir. DARMAWAN L. CAHYA, MURP., MPA.,


KONDISI IDEAL
Dalam penyusunan tata ruang diperlukan teknik analisis dari aspek fisik dan lingkungan, ekonomi serta sosial budaya. Analisis tersebut dilakukan untuk mengenali karakteristik sumber daya fisik dan lingkungan, ekonomi dan sosial budaya daerah sehingga pemanfaatan lahan dalam pengembangan wilayah dan kawasan dapat dilakukan seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Aspek fisik dan lingkungan harus dianalisis karena lahan pengembangan wilayah merupakan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia.
Jenis data yang diperlukan untuk penataan ruang antara lain: klimatologi, topografi, geologi, hidrologi, sumber daya mineral/bahan galian, bencana alam, penggunaan lahan, studi yang ada dan kebijakan pemerintah.
Kondisi ideal atau data dan informasi yang semestinya ada dalam peta geologi untuk penataan ruang yaitu informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur, stratigrafi, tektonika, fisiografi, sumber daya mineral serta energi, bentang alam/morfologi, kontur, kemiringan lereng, struktur geologi (terdiri atas endapan/sedimen, batuan, lapisan, dll), formasi geologi (seperti gunung api dll), sesar atau patahan, jenis tanah dan batuan. Selain itu, diperlukan pula informasi dasar geologi yang terdiri atas peta geologi bersistem, geologi teknik, hidrogeologi (aquifer potensial, daerah resapan), dan bencana geologi (gempa/building code, gunung api, banjir, land subsidence, kekeringan, longsoran).
Skala geologi yang ideal yaitu 1:50.000 yang sesuai dengan skala penataan ruang. Dengan demikian, informasi geologi dapat lebih rinci dan memadai untuk penataan ruang.

KONDISI DI LAPANGAN
Formasi Geologi
Wilayah Kabupaten Bone terdiri atas berbagai formasi geologi, yaitu alluvium, formasi walanae, camba, tonasa, malawa, salo kalumpang, balong baru, marada, dan lampo batang. Formasi alluvium terdiri atas endapan sungai, danau dan pantai berupa lempung, kerikil, lanau dan lumpur serta terumbu koral.
Formasi walanae banyak terdapat di bagian tengah dan sedikit di bagian barat dengan susunan batupasir, batulanau, tufaan, napal, batulempung, konglomerat, dan batugamping yang telah diendapkan pada masa Miosen Akhir-Pliosen. Formasi ini mengandung batubara atau minyak bumi yang membentang luas di Kecamatan Libureng, Kecamatan Lapri, Kecamatan Kahu, Kecamatan Salomekko, Kecamatan Patimpeng dan Kecamatan Ponre.
Formasi camba merupakan batuan sedimen laut yang berseling dengan batuan gunung api terdiri atas breksi, lava, tufa, konglomerat, dan batugamping. Formasi ini terdapat di Kecamatan Libureng, Kecamatan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Tontra dan Kecamatan Salomekko.
Formasi tonasa berupa batugamping banyak terdapat di bagian tengan dan barat daya yaitu di Kecamatan Bonto Cani dan di perbatasan antara Kecamatan Patimpeng dengan Kecamatan Libureng.
Formasi malawa berupa batupasir kuarsa yang terdiri atas mineral kuarsa, lempung dan silika dengan porositas sedang, batulanau yang mengandung mineral gypsum dengan porositas sedang, batugamping pasiran yang merupakan fragmen fosil Mollusca, foraminifera besar, konglomerat, batulempung yang berisi mineral pyrate dan batubara dengan warna hitam.
Formasi Salo Kalumpang merupakan batuan sedimen berseling dengan batuan gunung api berupa batuan klastika. Formasi ini terdapat di Kecamatan Ponre, Kecamatan Libureng, Kecamatan Patimpeng dan Kecamatan Salomekko.
Formasi Marada merupakan batuan sedimen yang banyak terdapat di Kecamatan Kahu dan sedikit di Kecamatan Bonto Cani. Formasi Lompobatang berupa breksi, endapan lahar dan tufa.

Pembagian Kelompok Batuan
Berdasarkan stratifikasi daerahnya, Kabupaten Bone tersusun oleh beberapa formasi batuan dan kelompok batuan sedimen, batuan gunung api dan endapan permukaan.
1.  Batuan sedimen
Endapan sedimen yang terdapat di Kabupaten Bone adalah sebagai berikut:
-          Tmpt (Anggota Taccipi dari formasi Walanae berupa batugamping);
-          Tmpw (Formasi Walanae berupa batupasir, batulanau, tufa, napal, batulempung, konglomerat dan batugamping);
-          Tmc (Formasi Camba berupa batuan sedimen laut berseling dengan batuan gunung api);
-          Tmd (Formasi Camba berupa batu gamping);
-          Temt (Formasi Tonasa berupa batu gamping);
-          Tem (Formasi Malawa berupa batu gamping, konglomerat, batulempung dan batubara);
-          Kb (Formasi Balang Baru); dan
-          Km (Formasi Marada)
2.       Batuan gunungapi
Batuan gunungapi yang ada yaitu berupa:
-          Formasi Lampobatang berupa breksi, endapan lahar dan tufa;
-          Tpbv (batuan gunungapi Baturape Cindako berupa lava dan breksi);
-          Tmca dan Tmcv (Formasi Camba berupa breksi, lava, tufa dan konglomerat);
-          Tmkv (Batuan gunungapi Kalamiseng berupa lava dan breksi yang banyak terdapat di bagian Timur Kabupaten Bone);
-          Teol dan Teos (Formasi Salo Kalumpang); dan
-          Tpv (Batuan gunungapi terpropilitkan).
3.       Batuan Terobosan
Batuan terobosan berupa diorit (d) dan granadiorit (gd) terdapat di Kecamatan Libureng, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Tonra, Kecamatan Kahu dan sedikit di Kecamatan Bonto Cani.
4.       Endapan permukaan
Endapan permukaan yaitu endapan alluvium, sungai, danau dan pantai berupa lempung, kerikil, lanau dan lumpur serta terumbu koral.

Struktur Geologi
                Struktur sesar atau patahan terdapat di Kecamatan Ponre, Mare, Patimpeng, Tontra, Salomekko, Kahu, Bonto Cani dan Libureng. Di Kecamatan Libureng, terdapat sesar naik dan turun.
                Di Kecamatan Kahu terdapat lipatan berupa sinklinal, yaitu bagian lipatan yang memiliki bagian yang lebih rendah dari bagian lipatan lainnya. Lipatan ini membentuk lembah.
Di Kabupaten Bone terdapat beberapa foraminifera baik kecil maupun besar. Foraminifera kecil banyak terdapat di Kecamatan Kahu sedangkan foraminifera besar banyak terdapat di Kecamatan Ponre, Libureng, dan Kahu.

ANALISIS
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bone memiliki potensi mineral non logam, antara lain: batubara, batugamping, batusabak, kuarsa dan basal yang tersebar di beberapa wilayah seperti Kecamatan Bonto Cani, Patimpeng dan Ponre. Wilayah tersebut dapat dijadikan sebagai kawasan budidaya dengan peruntukan pertambangan.
Wilayah dengan komposisi batuan lempung dan lanau kurang cocok untuk didirikan bangunan karena tidak memiliki daya ikat antar batuan yang tidak kompak.
Tanah latosol dari pasir dan breksi cukup baik dalam menahan air dan tahan terhadap erosi sehingga daerah tersebut cukup baik untuk dibangun bangunan dengan bobot tidak besar di atasnya. Jenis tanah ini sangat mudah mengalami penguapan air sehingga mudah mengalami kekeringan dan daya ikat antar elemen matriks penyusun tanah kurang solid sehingga berpotensi terjadinya longsor. Namun, jenis tanah ini bersifat gembur sehingga cocok untuk tanaman tahunan, perkebunan, dan persawahan.
Sebagian wilayah di Kecamatan Ponre, Mare, Patimpeng, Tontra, Salomekko, Kahu, Bonto Cani dan Libureng terdapat sesar yang  memiliki potensial terjadinya perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau ke luar lereng sehingga merupakan kawasan rawan banjir dan tanah longsor. Daerah tersebut tidak cocok untuk dijadikan kawasan permukiman namun sebagai kawasan lindung dengan peruntukan kawasan rawan bencana alam.
Wilayah yang banyak mengandung foraminifera baik kecil maupun besar seperti di Kecamatan Kahu, Ponre dan Libureng dapat dijadikan kawasan budidaya dengan peruntukan pertambangan minyak bumi.

KESIMPULAN DAN SARAN
Peta geologi Kabupaten Bone menyajikan informasi mengenai formasi geologi, pembagian kelompok batuan dan struktur geologi. Dengan menganalisis informasi tersebut, diperoleh arahan tata ruang wilayah Kabupaten Bone yang terdiri atas kawasan budidaya dengan peruntukan pertambangan, permukiman, perkebunan dan persawahan serta kawasan lindung dengan peruntukan kawasan rawan bencana alam.

Namun, arahan penataan ruang tersebut belum cukup ideal karena kondisi data dan informasi yang diperlukan belum lengkap. Perlu adanya kelengkapan data dan informasi agar penataan ruang dapat dilakukan lebih optimal juga diperlukan adanya skala geologi 1:50.000 yang sesuai dengan skala penataan ruang agar informasi yang diberikan dapat lebih rinci. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar